Kabar Sehat

Kabar Sehat Informasi Seputar Kesehatan

27/08/2021

Mitos yang Membuat Anda Tidak Berhenti Merokok

Jangan sampai termakan mitos. Menunda berhenti merokok berarti menambah risiko tubuh terkena penyakit serius.

Banyak orang yang tidak kunjung berhenti merokok karena berpegangan kepada asumsi-asumsi yang belum tentu benar. Berikut ini adalah beberapa mitos yang barangkali Anda percayai juga.

Mitos yang Membuat Anda Tidak Berhenti Merokok - Alodokter

Mitos 1: Berhenti merokok bisa membuat tubuh sakit.

Fakta: Orang yang terbiasa merokok dalam jumlah banyak pada jangka waktu panjang umumnya telah mengalami kecanduan nikotin. Ini menyebabkan perokok yang berhenti merokok akan mengalami kondisi tertentu seperti sakit kepala, batuk, konstipasi, kecemasan, atau kelelahan. Kondisi ini merupakan situasi yang umum terjadi dan akan membaik dalam hitungan minggu. Jadi gejala-gejala tersebut bukanlah penyakit, tapi gejala penghentian nikotin yang akan membaik dalam beberapa waktu.

Mitos 2: Saya telah merokok sekian lama sehingga terlambat untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.

Fakta: Tidak pernah terlambat untuk berhenti merokok. Rusaknya kesehatan organ tubuh akibat rokok bersifat akumulatif. Makin lama seseorang merokok, dampak buruk yang ditimbulkan akan makin tinggi. Berdasarkan penelitian, risiko seseorang untuk mengalami kesehatan buruk akibat merokok bisa berkurang hingga 90 persen jika dia berhenti merokok sebelum menginjak usia 35 tahun. Hanya dalam sebulan, proses pernapasan akan terasa lebih maksimal. Selain itu, seorang perokok yang telah setahun berhenti merokok dapat mengurangi risiko dirinya untuk mengidap serangan jantung hingga 50 persen.

Mitos 3: Risiko merokok akan menurun dengan beralih ke produk rokok berlabel “mild” atau “light”.

Fakta: Tiap produsen rokok memiliki patokan yang berbeda mengenai kadar yang dapat disebut tinggi dan rendah. Seorang perokok yang beralih ke produk yang mengklaim mengandung tar dan nikotin rendah akan merasa bahwa dia telah mengurangi bahaya rokok. Tanpa disadari, perokok dengan kecanduan nikotin secara otomatis akan menambah jumlah rokok yang dia isap dalam sehari dan menghirup tiap rokok lebih dalam untuk mendapatkan tingkat efek atau kepuasan tertentu. Oleh karena itu apa pun jenis rokoknya akan memiliki dampak buruk yang sama.

Mitos 4: Saya sudah melakukan kebiasaan-kebiasaan menyehatkan lainnya yang dapat mengurangi akibat yang ditimbulkan dari merokok.

Fakta: Merokok dapat merusak organ tubuh bagian dalam. Anda tidak dapat mencoba mengurangi kerusakan tersebut dengan menerapkan pola hidup sehat seperti rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bernutrisi.

Mitos 5: Merokok tidak akan membahayakan siapapun selain diri si perokok.

Fakta: Orang yang tidak merokok, tapi terpapar oleh asap rokok atau disebut perokok pasif,memiliki risiko 30 persen lebih tinggi untuk terkena penyakit kanker dibandingkan mereka yang tidak terpapar oleh asap rokok. Selain itu, perokok pasif juga berisiko untuk terkena penyakit jantung iskemik yang disebabkan oleh paparan asap rokok.

Mitos 6: Mencoba berhenti merokok membuat stres yang juga berakibat buruk bagi kesehatan.

Fakta: Berhenti merokok pada awalnya memang membuat pelaku merasa stres. Tapi stres yang dirasakan ini pada umumnya tidak berlangsung lama dan tidak memiliki dampak jangka panjang pada perokok yang sedang mencoba untuk berhenti. Namun lama-kelamaan orang yang berhenti merokok juga akan mulai berolahraga dan makan lebih sehat hingga akan merasa lebih baik terhadap dirinya sendiri.

Mitos 7: Merokok membuat berat badan naik dan itu tidak sehat.

Fakta: Nikotin dalam rokok bisa meningkatkan pembakaran kalori dalam tubuh dan meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh, sehingga membuat berat badan berkurang. Pada nyatanya orang yang berhenti merokok memang berpotensi untuk mengalami pertambahan berat badan. Pertambahan ini dapat terjadi karena ketika seseorang berhenti merokok, metabolisme tubuh kembali menjadi normal. Perubahan ini adalah hal yang menyehatkan karena tubuh tidak lagi dipaksa bekerja secara berlebihan.

Mitos 8: Saya sudah pernah gagal berhenti merokok. Sekarang tidak ada gunanya lagi saya berusaha.

Fakta: Banyak perokok yang akhirnya berhasil berhenti merokok setelah berusaha berulang kali. Tiap kali gagal, Anda belajar dari kesalahan dan mencoba taktik lain, sehingga makin dekat menuju keberhasilan.

Mitos 9: Berhenti merokok akan membuat saya kehilangan teman.

Fakta: Banyak perokok yang enggan berhenti karena takut kehilangan teman-teman lainnya yang juga merokok. Tapi pada kenyataannya tidak semua teman perokok akan bersikap demikian. Bahkan sebaliknya, jika Anda jelaskan alasan Anda untuk berhenti, teman-teman Anda bisa mendukung dan bahkan terpicu untuk berusaha berhenti bersama Anda.

Kehilangan momen merokok bersama sesama perokok pada awalnya bisa membuat Anda merasa kesepian. Namun dengan berhenti merokok Anda juga mendapat kesempatan untuk membuat teman baru. Anda dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya sulit dilakukan, seperti berenang atau bersepeda jarak jauh tanpa tersengal-sengal. Anda dapat menemukan teman-teman di dalam area baru yang lebih sehat dan mendukung gaya hidup baru Anda.

Mitos 10: Jika berhenti merokok, saya tidak akan kreatif lagi.

Fakta: Banyak orang yang dapat berkarya tanpa merokok. Kesulitan berkreasi dapat muncul dari stres atau gejala-gejala yang dirasakan pada masa awal berhenti merokok. Ingatlah bahwa kondisi ini hanya bersifat sementara. Keuntungan berhenti merokok jauh lebih besar dan lama jika dibandingkan dengan stres atau gejala yang bersifat sementara. Anda juga dapat mengalihkan perhatian Anda dengan aktivitas lain yang sama-sama membangkitkan kreativitas seperti berdiskusi, berjalan-jalan, atau menonton film.

27/08/2021

Penyebab Pembuluh Darah Pecah di Otak dan Langkah Penanganannya

Pembuluh darah pecah di otak merupakan kondisi yang dapat berakibat fatal. Tak hanya merusak otak, kondisi ini juga dapat membahayakan nyawa. Oleh karena itu, ketahui apa saja penyebab pecahnya pembuluh darah otak agar dapat diwaspadai dan dihindari.

Pembuluh darah berfungsi untuk memastikan asupan oksigen dan nutrisi ke seluruh organ dan jaringan tubuh telah terpenuhi. Karena perannya yang begitu penting, sangat berbahaya bila pembuluh darah tidak berfungsi atau bahkan pecah.

Penyebab Pembuluh Darah Pecah di Otak dan Langkah Penanganannya - Alodokter

Pecahnya pembuluh darah bisa terjadi di berbagai bagian tubuh dan salah satunya adalah otak. Jika pembuluh darah pecah terjadi di otak, kondisi ini dapat memicu perdarahan otak (brain hemorrhage). Perdarahan ini bisa berakibat fatal karena mengakibatkan pembengkakan otak dan matinya sel-sel otak

Faktor Risiko dan Penyebab Pembuluh Darah Pecah di Otak
Ada beberapa kondisi yang dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak, yaitu:

1. Tekanan darah tinggi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi yang dialami selama bertahun-tahun dapat menyebabkan dinding pembuluh darah di otak menjadi rapuh. Jika tidak segera diobati, hipertensi bisa menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan otak.

2. Gaya hidup tidak sehat
Kebiasaan merokok, konsumsi minuman beralkohol secara berlebihan, dan penggunaan obat-obatan terlarang, seperti he**in dan kokain, dapat mengakibatkan terganggunya fungsi otak.

Bahkan, senyawa berbahaya yang terkandung di dalam rokok, minuman beralkohol, dan narkoba juga dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak.

3. Cedera kepala
Cedera kepala adalah salah satu penyebab paling umum terjadinya perdarahan otak pada orang-orang yang berusia di bawah 50 tahun. Cedera di kepala dapat terjadi akibat terjatuh atau kecelakaan lalu lintas.

4. Aneurisma
Aneurisma adalah kondisi ketika terjadi pembesaran pembuluh darah akibat melemahnya dinding pembuluh darah. Jika sudah parah, pembuluh darah dapat pecah dan menyebabkan banyak darah masuk ke otak, sehingga menimbulkan stroke.

Penyebab aneurisma belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga berkaitan dengan faktor genetik dan kelainan pembentukan pembuluh darah otak.

5. Angiopati amiloid

Kondisi ini disebabkan adanya kelainan dinding pembuluh darah akibat penumpukan protein beta amiloid. Angiopati amiloid kerap dialami oleh lansia dan penderita demensia atau penyakit Alzheimer.

6. Kelainan pembuluh darah
Kelainan pembuluh darah bisa berupa lemahnya pembuluh darah di sekitar otak atau pembuluh darah terlalu besar. Kelainan ini bisa diderita sejak lahir meski jarang terjadi.

7. Gangguan hati
Pada penyakit hati berat, gangguan pada produksi faktor pembekuan darah bisa terjadi. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan internal dI berbagai bagian tubuh, termasuk otak.

8. Kelainan darah
Kelainan darah atau kelainan pembekuan darah, seperti hemofilia dan anemia sel sabit, bisa berdampak pada terjadinya penurunan kadar trombosit darah.

Selain beberapa penyebab di atas, ada p**a faktor risiko lain yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuluh darah pecah di otak, yaitu adanya tumor otak dan efek samping obat pengencer darah.

Gejala Pembuluh Darah Pecah
Jika seseorang mengalami pecah pembuluh darah di otak, ada beberapa gejala dapat muncul, di antaranya:

Sakit kepala hebat yang datang secara mendadak
Kesemutan atau kelumpuhan di wajah, lengan, atau kaki secara mendadak
Gangguan penglihatan, baik pada salah satu mata atau keduanya
Sulit menelan
Sulit mengendalikan koordinasi tubuh dan hilang keseimbangan
Muntah-muntah
Hilang kesadaran, lesu, mengantuk, dan tidak sadar akan keadaan di sekitarnya
Kesulitan menulis, bicara, membaca, atau memahami sesuatu.
Sering kebingungan atau mengigau
Penanganan Medis bagi Penderita Stroke akibat Pembuluh Darah Pecah
Bila stroke terjadi akibat pecahnya pembuluh darah otak, penderita harus dibawa ke unit gawat darurat rumah sakit untuk mendapat penanganan medis yang memadai.

Pasien dengan pembuluh darah pecah perlu segera mendapat penanganan dalam bentuk obat-obatan untuk menstabilkan tekanan darah dan bantuan pernapasan bila kadar oksigen dalam darah berkurang atau pasien mengalami koma.

Jika diperlukan, pasien bisa diberi napas buatan dengan ventilator untuk memastikan otak dan organ tubuh mendapatkan cukup oksigen. Pemberian cairan dan obat-obatan bisa diberikan melalui infus.

Obat-obatan pereda nyeri, kortikosteroid, antikejang, dan obat untuk mengurangi pembengkakan otak juga dapat diberikan sesuai tingkat keparahan kondisi yang diderita.

Di rumah sakit, pasien perlu menjalani observasi secara ketat. Tanda-tanda vital, seperti irama jantung, kadar oksigen darah, tekanan darah dan laju pernapasan, hingga pemantauan tekanan rongga kepala juga perlu dipantau dengan ketat.

Setelah kondisi pasien stabil, akan ditentukan langkah selanjutnya untuk mengobati perdarahan yang terjadi, misalnya apakah pasien membutuhkan operasi atau tidak.

Banyak pasien yang bisa bertahan hidup setelah mengalami perdarahan otak akibat pembuluh darah pecah. Namun, peluang tersebut akan menurun jika perdarahan awal terlalu parah atau tidak segera mendapat pertolongan medis sejak awal munculnya gejala.

Sebagian pasien yang selamat dari pembuluh darah pecah di otak berkemungkinan tetap mengalami masalah sensoris, kejang, sakit kepala, susah tidur, atau masalah ingatan. Oleh karena itu, bagi mereka yang selamat dari kondisi ini tetap membutuhkan terapi tambahan lain, mulai dari fisioterapi hingga terapi bicara.

Perbaiki Pola Hidup Anda Mulai dari Sekarang
Pembuluh darah pecah adalah kondisi yang umumnya bisa dicegah. Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan menghentikan kebiasaan buruk yang dapat meningkatkan risiko pecahnya pembuluh darah, seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan.

Selain itu, menerapkan pola hidup sehat juga penting dilakukan, yaitu dengan konsumsi makanan bergizi seimbang dan olahraga secara rutin setidaknya 30 menit setiap hari.

Bagi Anda yang menderita penyakit jantung atau tekanan darah tinggi, mengobati keduanya akan memperkecil risiko terjadinya pembuluh darah pecah di otak. Bagi penderita diabetes, menjaga kadar gula darah normal juga bisa mengurangi risiko terjadinya kondisi ini.

Pembuluh darah pecah di otak adalah kondisi kegawatdaruratan medis yang perlu segera mendapat penanganan di rumah sakit. Semakin cepat penanganan dilakukan oleh dokter, semakin tinggi kemungkinan pemulihannya. Bila kondisi ini terlambat ditangani, risiko terjadinya komplikasi yang fatal pun akan semakin tinggi.

Address

Bekasi

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kabar Sehat posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram