11/04/2023
Seorang pemuda tampan menatap tajam dua anak manusia yang sedang duduk berdampingan di kursi tamu.
Dia berjalan dengan tergesa meninggalkan ruang tamu menuju ruang kerjanya.
Wanita yang duduk di kursi bergegas bangkit, mengikuti si pemuda yang nampak marah.
"Aku talak kamu, Diajeng Dewi Anggraieni!" seru pemuda itu setelah pintu ruang kerjanya tertutup rapat.
Dewi Anggraieni yang biasa dipanggil Rai oleh teman-temannya, terhenyak sebentar, kemudian menghela napas panjang.
Sudah terbiasa akan keadaan ini.
Suaminya selalu saja cemburu saat dia berduaan dengan pria lain.
Padahal yang dilakukannya dengan pria lain, hanyalah berbatas pekerjaan.
Hatinya hanya tenang sebentar.
Sedetik kemudian, dia menyadari jika ini kali ketiga suaminya menjatuhkan talak untuknya.
Meski awam terhadap agama, dia tahu tentang hukum- hukum dalam pernikahan.
Ini seharusnya talak yang menandakan kandasnya hubungan mereka.
Suami tidak akan lagi dapat merujuk istrinya hanya dengan menyatukan diri, bersenggama.
Seperti yang dua kali mereka lakukan.
"Mas, kamu sadar ga sih apa yang sedang kamu lakukan?!" sentak Rai.
Ini kali pertama Rai berteriak pada suaminya.
Rai menatap kecewa suaminya. Suami yang baru menikahinya enam bulan lalu.
"Kamu tahu kan ... aku dan Andre hanya sebatas rekan kerja? Dia menjadi CEO di perusahaan untuk mewakiliku! Sampai semalam ini ... kamu seharusnya paham betapa sibuknya perusahaan bila memenangkan tender! Kenapa kamu masih saja cemburu!?"
Talak pertama yang jatuh padanya, persis seperti sekarang.
Sang suami —Raden Bagus Agung Sayyidin— cemburu karena begitu selesai bulan madu, Andre —Sekretaris Rai— langsung mendatangi kediaman mereka dan berlama- lama dengan sang istri.
Talak kedua jatuh ketika dirinya pulang larut malam dari acara reuni, akibat terjebak kerumunan massa yang mendemo sampai malam hari.
Oleh sebab dari dalam gerbang rumah, suaminya hanya melihat dua orang pria duduk di kursi depan, suaminya bermudah- mudahan mengucapkan talak untuknya.
"Maaf, sayang.." Bagus menatap sendu sang istri.
"Kamu sudah tak pantas memanggilku sayang!" sergah Rai.
Mereka sudah bukan suami istri.
"Tidak! Tidak! Tidak! Sayang, kamu tetap menjadi sayangku." Bagus mendekap erat Rai.
Dia tidak mau kehilangan Rai!
"Kamu tahu tidak, ini sudah ketiga kalinya kamu mengucap talak. Aku bisa memaklumi jika kamu mengumpat, tapi talak ini ... aku tidak berani menentang hukum Tuhan."
Rai sangat sadar dirinya tak pantas dipanggil Muslim apalagi Muslimah yang baik.
Dia tidak menutup aurat. Dia jauh dari Tuhan.
Tapi, dia takut untuk melanggar hukum- hukum pernikahan.
Pernikahan adalah hubungan yang sakral.
"Aku juga tak berani menentang akibat dari talak tiga ini.." tutur Bagus.
"Lalu kamu tidak bisa merujukku hanya dengan meniduriku!"
"Sayang ... maaf." Bagus merengek seperti anak kecil.
Berulang kali dia kecup punggung tangan istrinya. Atau mantan istri?
Rai melepaskan napas lelah. Dia sudah berkutat dengan dokumen sejak pukul lima sore, tepat setelah kantor bubar hingga gelap legam langit di malam hari.
Sejak talak yang pertama, Rai meminta Andre untuk menemuinya satu bulan sekali, demi menjaga bahtera pernikahaannya.
Menjadi alami bila Rai kelelahan setelah delapan jam berkutat dengan dokumen, karena sekarang sudah tak terbiasa.
Bagus menyodorkan sebuah map pada wanitanya.
"Bukalah," ucap Bagus ketika Rai sudah mulai tenang.
Bagus harap- harap cemas ketika Rai mulai membuka segel pada map dokumen.
Kop surat sebuah rumah sakit terkenal menyembul keluar saat Rai menarik kertas putih itu.
Rai sesekali mengernyit kala membaca isinya.
Rai tak paham banyak tentang ilmu kedokteran.
Hanya dari kesimpulan, Rai memahami maksud surat yang diberikan suaminya.
Sperma suaminya tak sehat. Yang berarti sulit punya anak.
"Lalu apa masalahnya!? Ada banyak pengobatan di dunia ini. Kita bukan orang susah! Jika sampai akhir tidak diberi pun, ada banyak bayi yang membutuhkan orang tua! Kita akan menjadi orang tua jika mengurusnya sejak bayi itu tak memahami apa pun!"
"Tetap saja itu bukan darah daging kita! Kamu pewaris satu- satunya dan aku satu- satunya harapan ayah dan bunda. Bayi orang tak mungkin kita urus!" cecar Bagus.
"Apa maksudmu, mas?!" sengit Rai.
"Aku mempunyai rekan bisnis yang cerdas dan berlatar keluarga yang baik. Dia akan menjadi suami sementaramu dan menjadi ... ayah anak kita."
"Gila kamu!" sentak Rai.
© Al-Fa4 | Dua Suami
https://www.wattpad.com/1332907436-dua-suami-018