01/12/2025
Dalil Ruqyah Jembatan, Pendapat Ulama Besar Salaf dan Kontemporer Sepanjang Zaman
Benarkah ruqyah hanya untuk manusia? Apakah jembatan, jalan, rumah, gudang, atau lokasi tertentu juga bisa diruqyah? Pertanyaan seperti ini adalah wajar-wajar saja kalau memang tidak tahu dalilnya.
Berbeda dengan mereka yang tidak tahu namun SOK TAHU dan tidak mau tahu. Terlebih mereka yang sedang belajar sunah di awal dan klaim dirinya ber-manhaj-nya paling lurus.
Ada juga yang menuduh syirik, bid’ah, khurafat, takhayul dan sesat atas kegiatan ruqyah Jembatan I Barelang Batam Jumat 19-7-2024 dan Jumat 21-11-2025.
Ketika suatu wilayah sering terjadi gangguan, kecelakaan, rasa gelisah, atau tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya ulah jin atau setan boleh diruqyah.
Dalam khazanah Islam, para ulama sejak dulu tidak pernah memisahkan gangguan jin dari manusia atau tempat. Sebab gangguan itu dapat muncul pada siapa saja dan apa saja.
Termasuk gangguan mengenai rumah, kebun, lembah, jalan hingga jembatan. Oleh sebab itu, para ulama besar sejak era klasik hingga ulama kontemporer memberikan fatwa yang jelas dan tegas.
Yaitu tentang kebolehan ruqyah untuk tempat atau benda-benda mati, terutama jika ada gangguan jin dan setan, sudah seharusnya dilakukan ruqyah.
Ini adalah rangkuman pendapat ulama besar—mulai dari Syaikh Ibn Taimiyah, Syaikh Ibn al-Qayyim al-Jauziyyah, Syaikh Bin Baz, hingga Syaikh Ibn ‘Utsaimin.
Pendapat ini menjadi landasan kuat bahwa ruqyah tempat (ruqyah al-makani) bagian dari syariat, berdalil dan telah diamalkan sejak generasi salaf.
1. Syaikh Ibnu Taimiyyah atau Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al-Khadr bin Muhammad bin Al-Khadr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyyah Al-Haroni Ad-Dimasyqi.
Dalam Kitab Majmu’ al-Fatawa jilid 19, halaman 55–56 dan jilid 24 halaman 270. Dalam Majmu‘ al-Fatawa 19/55–56, Syaikh Ibnu Taimiyyah berkata:
وَيُقْرَأُ فِي الْمَاءِ وَيُشْرَبُ مِنْهُ وَيُغْتَسَلُ بِهِ
“Ruqyah dibacakan pada air, kemudian air itu diminum dan dipergunakan untuk mandi”
Di penjelasan lainnya jilid 24 halaman 270, beliau menegaskan:
وَيُسْتَعْمَلُ الْمَاءُ الَّذِي قُرِئَ فِيهِ فِي رَشِّ الْبُيُوتِ لِدَفْعِ الشَّيَاطِينِ
“Air yang dibacakan ruqyah digunakan untuk memerciki rumah guna mengusir jin atau setan”
Penjelasan Ulama
1. Syaikh Ibnu Taimiyyah menjelaskan bolehnya membacakan Al Qur’an pada air yang kemudian air digunakan untuk mandi, minum, atau menyiram rumah (benda-benda mati) yang terkena gangguan jin.
Ini adalah dalil paling kuat yang digunakan para ulama untuk ruqyah tempat, termasuk jalan, jembatan, gudang, rumah, toko, kebun, atau area tertentu lainnya.
2. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah atau Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’d bin Hariz az-Zar’i ad-Dimasyqi al-Jauziyyah.
Dalam kitab Zad al-Ma’ad, jilid 4 halaman 170–171. Beliau menjelaskan bahwa ruqyah dari Nabi Muhammad ﷺ mencakup seluruh aspek kehidupan:
وَكَانَ مِنْ هَدْيِهِ ﷺ الرُّقْيَةُ لِإِزَالَةِ الْأَذَى وَعَلَى مَنْ أُصِيبَ بِالْآفَاتِ
“Termasuk petunjuk Nabi Muhammad ﷺ adalah ruqyah untuk menghilangkan gangguan dan atas segala sesuatu yang terkena gangguan”
Para ulama menjelaskan bahwa redaksi ‘ala man uṣiba bil-aft’ mencakup manusia, hewan, makanan, tempat, rumah, jalan, jembatan, atau lokasi yang terkena gangguan.
Syaikh Ibnu al-Qayyim menganggap ruqyah sebagai sarana syar’i untuk menghilangkan gangguan jin/setan dan memulihkan tempat atau objek apa pun yang terpengaruh makhluk halus (jin/setan).
Karena itu, para ulama setelahnya memperluas penerapannya pada lembah, rumah, kebun, jalan, jembatan, gudang, dan wilayah tertentu.
3. Syaikh Bin Baz atau Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz
Kitab Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah Syaikh Bin Baz jilid 24 halaman 413 dan jilid 8 halaman 144.
Dalam kitab ini Syaikh bin Baz pernah ditanya tentang rumah atau tempat yang ada gangguan makhluk halus (jin/setan).
Beliau menjawab:
يُشْرَعُ قِرَاءَةُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي الْبُيُوتِ الَّتِي تُشْعَرُ فِيهَا بِالْأَذَى
“Disyariatkan membaca Surah Al Baqarah pada rumah yang terasa ada gangguan (jin/setan)”
Dan pada fatwa lain:
وَيَجُوزُ رَقْيُ الْبُيُوتِ وَالْمَزَارِعِ وَالْأَمَاكِنِ الَّتِي فِيهَا جِنٌّ أَوْ يُظَنُّ ذَلِكَ
“Boleh meruqyah rumah, kebun, dan tempat yang terdapat jin atau diduga ada gangguan”
4. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin atau Abu Abdullah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin ‘Utsaimin al-Wahibi at-Tamimi
Dalam Kitab Liqqa’ al-Bab al-Maftuh nomor 55 dan Syarh Riyadus-Salihin 6/447. Syaikh Ibn al-‘Utsaimin pernah ditanya:
هَلْ يَجُوزُ رُقْيَةُ الْبَيْتِ الَّذِي يُظَنُّ أَنَّ فِيهِ جِنًّا أَوْ شَيَاطِينَ؟
“Apakah boleh meruqyah rumah yang diduga ada setan (jin)?”
Beliau menjawab:
لَا بَأْسَ بِرُقْيَةِ الْأَمَاكِنِ، إِذَا وُجِدَ فِيهَا الْأَذَى
“Tidak apa-apa meruqyah tempat apabila di dalamnya terdapat gangguan”
Dan beliau menambahkan:
تُقْرَأُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ فِي الْبَيْتِ، فَإِنَّهَا تَطْرُدُ الشَّيَاطِينَ
“Membaca Surah Al Baqarah di rumah akan mengusir setan”
Beliau juga menegaskan diperbolehkannya membacakan Al Qur’an pada air lalu air tersebut disiramkan di titik-titik gangguan.
Kesimp**an Meruqyah Benda Mati
1. Dasarnya sangat kuat dari para ulama salaf klasik Syaikh Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
2. Pendapat ulama kontemporer Syaikh Bin Baz dan Syaikh al-‘Utsaimin sangat jelas dan tegas memperbolehkannya juga
3. Praktik nyata para ulama Madinah Arab Saudi dan ulama salaf yang pernah meruqyah lembah, rumah, tempat dan sarang jin, wilayah yang sering memakan korban atau wilayah selainnya
Rujukan Dalil:
وقد يستعمل في دفع الشياطين ما يقراه في الماء ثم يرش في البيوت والاماكن التي يكون فيها اذى او يكون فيها من يسكنها من الانس فيتاذون بذلك ويدخل في هذا ما يقراه من القران والاذكار المشروعة فان الشياطين تفر من سماع القران والذكر وقد استفاد الناس بذلك وانتفعوا به ويستعمل الماء الذي قري فيه في رش البيوت لدفع الشياطين وهذا مما يعرفه اهل التجربة ولا ينافي شيئا من اصول الشريعة بل هو داخل في معناها العام في الاستشفاء بالقران وما صح عن النبي صلى الله عليه وسلم من الرقى والادعية، (مجموع الفتاوى ٢٤/٢٧٠)
Artinya:
“Dan boleh digunakan untuk mengusir setan apa yang dibacakan pada air, kemudian air itu dipercikkan pada rumah-rumah dan tempat-tempat yang terdapat gangguan, atau yang dihuni manusia sehingga mereka merasa terganggu. Hal ini termasuk apa yang dibacakan dari Al-Qur’an dan zikir-zikir yang disyariatkan, karena sesungguhnya setan-setan lari dari mendengar Al-Qur’an dan zikir. Manusia telah mengambil manfaat dari cara ini dan banyak yang merasakan faedahnya. Air yang dibacakan ruqyah digunakan untuk menyiram rumah agar setan-setan pergi, hal ini dikenal para ahli pengalaman (praktisi ruqyah) dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariat. Bahkan, hal ini termasuk dalam makna umum pengobatan dengan Al-Qur’an dan apa yang sah dari Nabi Muhammad ﷺ berupa ruqyah dan doa-doa” (Majmu’ al-Fatawa Syaikh Ibn Taimiyah 24/270)
قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله
واما الاسترقاء بالماء ونحوه فقد كان جماعة من السلف يكتبون للمريض ايات من القران ويسقونها اياه وقد ثبت عن ابن القيم وغيره انهم كانوا يقرءون في الماء ثم يشربه المريض او يغتسل به وينتفع بذلك نفعا عظيما ، وكذلك قد يقرأ في الماء ثم يرش به على الدور والاماكن التي فيها اذى من الشياطين فيزول ذلك الاذى باذن الله فهذا كله قد جربه المسلمون ووجدوه نافعا وما كان مباحا فهو من الدين اذا احتيج اليه (مجموع الفتاوى، ١٩/٥٥–٥٦)
Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah Rahimahullah berkata:
“Adapun meruqyah dengan air dan semisalnya, maka dahulu sekelompok ulama salaf menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an untuk orang sakit, lalu mereka memberikannya untuk diminum. Dan telah tetap dari Ibnu al-Qayyim dan lainnya bahwa mereka membaca ayat ruqyah pada air, kemudian diminum oleh orang sakit atau digunakan untuk mandi dan hal itu memberikan manfaat yang besar. Demikian p**a, boleh membaca (ayat ruqyah) pada air kemudian air itu dipercikkan pada rumah-rumah atau tempat-tempat yang terdapat gangguan dari syaitan, sehingga gangguan itu hilang dengan izin Allah. Semua ini telah dicoba oleh kaum muslimin dan mereka mendapati manfaat darinya. Apa saja yang mubah termasuk dalam agama apabila dibutuhkan” (Majmu’ al-Fatawa Syaikh Ibn Taimiyah 19/55–56)
Liqqa’ al-Bab al-Maftuh nomor 55 dan Syarh Riyadus-Salihin 6/447
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله في لقاء الباب المفتوح (لقاء رقم 55)
«لا بأس أن تُقرأ الرقية في البيت إذا ظُنّ أن فيه جِنًّا أو شياطين، بل هذا مشروع؛ لأن الرقية كلام الله، والبيت أحوج ما يكون إلى ذكر الله. وقد ثبت أن سورة البقرة تطرد الشياطين من البيت
“Berkata Syaikh Ibn al-‘Utsaimin rahimahulullah dalam Liqqa’ al-Bab al-Maftuh nomor 55: Tidak mengapa membaca ruqyah di dalam rumah apabila diduga terdapat jin atau setan. Bahkan hal itu disyariatkan, karena ruqyah adalah kalamullah, dan rumah sangat membutuhkan zikir kepada Allah. Dan telah tetap (dalam hadis) bahwa Surah Al Baqarah dapat mengusir setan dari rumah”
Syaikh Ibn al-‘Utsaimin menjelaskan hadis-hadis terkait zikir rumah, surah Al-Baqarah, dan larinya setan dari rumah.
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله
«وقد ثبت أن الشيطان يهرب من البيت الذي تُقرأ فيه سورة البقرة، وهذا يدل على أن قراءة القرآن في البيوت من أسباب طرد الشياطين. فإذا وُجد في البيت شيء من الأذى أو الخوف أو الوساوس، فلا حرج أن يُرقى البيت بالقراءة والدعاء»
“Telah sah bahwa setan lari dari rumah yang dibacakan padanya Surah al-Baqarah. Ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur’an di rumah adalah sebab untuk mengusir setan. Maka jika ditemukan gangguan, rasa takut, atau was-was di rumah, tidak mengapa meruqyah rumah tersebut dengan bacaan Al-Qur’an dan doa” (Syarh Riyadus-Salihin 6/447)
Terjemahan atau Tafsir Bahasa
Secara bahasa (lughah) dan fikih, istilah “rumah” (البيت / الدار) tidak identik dengan jalan, jembatan, gudang, lapangan, lembah, atau benda mati lainnya.
Namun dalam hukum ruqyah syar’iyyah, para ulama menjelaskan hakikat hukumnya kembali kepada tempat, bukan jenis bangunannya.
Mari kita perinci dengan ilmiah:
Secara Bahasa (Lughah)
البيت / الدار (rumah) = tempat tinggal manusia
Gudang, jalan, lapangan, jembatan, lembah = benda mati yang tidak disebut rumah. Jadi secara diksi “rumah” tidak sama.
Secara Fikih dan Kaidah Ruqyah
Dalam hukum Islam, ketika ulama membahas “ruqyah al-bayt atau ruqyah rumah” maksudnya adalah membersihkan TEMPAT dari gangguan setan dengan membacakan Al-Qur’an atau zikir di dalamnya.
Pertanyaannya:
Apakah ruqyah hanya untuk bangunan bernama rumah? Jawabannya: TIDAK hanya terbatas pada rumah.
Yang menjadi acuan adalah;
* Tempat itu ada aktivitas manusia di sekitarnya
* Tempat itu bisa dibacakan surat-surat Al-Qur’an
* Tempat itu dikhawatirkan ada gangguan jin dan setan
Maka semua tempat kecil sampai besar masuk cakupan hukum yang sama, seperti jalan, jembatan, kantor, gudang, toko, lapangan, perkarangan, lembah, dan sebuah wilayah atau area.
Dalil Berbentuk Umum
Hadis Nabi Muhammad ﷺ:
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ
Artinya:
“Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan...”
Maksud “rumah” di sini oleh para ulama dijelaskan bukan sekadar bangunan tempat tinggal, tetapi setiap tempat yang tidak dibacakan Al-Qur’an akan dikuasai setan dan jin.
Oleh karena itu jika kita membaca surat Al-Baqarah di gudang, setan lari. Jika dibacakan di kantor, setan lari. Dibacakan di jembatan, jalan, lembah, gorong-gorong, setannya juga lari. Prinsipnya adalah sama.
Karena efek ruqyah akan mengusir setan dari “tempat” bukan dari “tipe bangunan”.
Penjelasan Ulama Besar
Syaikh Ibn Taimiyyah (Majmu’ al-Fatawa 19/55–56)
Beliau menyebutkan bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dibacakan pada air lalu disiramkan pada rumah atau tempat untuk menghilangkan gangguan. Beliau tidak membatasi hanya rumah.
Syaikh Ibn al-Qayyim menjelaskan bahwa ruqyah mengusir setan dari al-makan (tempat).
Syaikh Ibn Utsaimin (Liqa’ Nomor 55). Beliau menyebut rumah sebagai contoh karena tempat itu dihuni manusia dan gangguan biasanya terjadi di rumah.
Namun kaidahnya umum yakni membacakan Al-Qur’an pada tempat yang dikhawatirkan dan dicurigai adanya gangguan setan dan jin.
Kesimp**an Ringkas
Secara diksi rumah ≠ gudang, jalan, lapangan, jembatan, lembah, atau benda mati lainnya.
Hukum Ruqyah
Semua TEMPAT yang dianggap ada gangguan boleh diruqyah seperti halnya RUMAH.
Tidak ada larangan ruqyah pada jembatan, jalan, gudang, lapangan, lembah, atau bangunan publik.
Yang digunakan sebagai dasar adalah efek Al-Qur’an terhadap tempat dan bukan pada jenis bangunannya.
Banyak orang mempertanyakan: “Mengapa Jembatan Diruqyah? Kayak kurang kerjaan saja, buang-buang air, bukankah ruqyah hanya untuk manusia atau rumah saja?”
Pertanyaan ini muncul karena ketidaktahuan terhadap hakikat ruqyah, ruang lingkupnya, dan dalil syar’i dari para ulama besar.
Padahal, Islam telah menegaskan bahwa Al-Qur’an bukan hanya penyembuh bagi manusia, tetapi juga pembersih tempat dari gangguan setan dan jin, apa pun bentuk tempatnya.
Selengkapnya: https://an-nubuwwah.or.id/berita/an-nubuwwah/dalil-ruqyah-jembatan,-pendapat-ulama-besar-salaf-dan-kontemporer-sepanjang-zaman.html