11/12/2016
Autisme Penyakit Atau Bukan? Bisa Sembuh Atau Tidak?
dr Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Konsultan smart ABA & smart BIT untuk Autisme)
Ada sebagian orang bahkan dokter yang rancu terhadap istilah penyakit (disease) dan gangguan (disorder), kemudian mengatakan bahwa autisme adalah bukan penyakit tetapi gangguan.
Lebih parah lagi pernyataan tersebut ditambahi dengan pernyataan “karena autisme bukan penyakit, maka autisme tidak bisa sembuh/disembuhkan, yang bisa sembuh/disembuhkan adalah penyakit bukannya gangguan”.
Untuk itu kita perlu memahami istilah (terminologi) kedokteran, tentang apa yang dimaksud dengan penyakit (disease) dan gangguan (disorder).
Per definisi, penyakit (disease) adalah keadaan abnormal yang mempengaruhi tubuh seseorang, yang disebagkan oleh faktor eksternal misalnya penyakit infeksi, ataupun faktor disfungsi internal misalnya penyakit otoimun. Istilah penyakit sering digunakan lebih luas lagi yang merujuk pada berbagai keadaan yang menyebabkan nyeri, disfungsi (gangguan fungsi), distress (penderitaan), masalah-masalah sosial, dan/atau kematian. Pada pengertian yang lebih luas ini, bisa meliputi cedera, cacat, disorder (gangguan/masalah), infeksi. Keadaan sakit sering juga tidak hanya karena disfungsi dari organ tubuh tertentu, tetapi juga biisa disebabkan oleh keadaan pikiran yang menyebabkan seseorang tidak nyaman dengan suatu keadaan pada tubuhnya.
Terdapat 4 jenis penyakit, yaitu penyakit patogenik, penyakit defisiensi, penyakit menurun, dan penyakit fisiologis.
Sedangkan gangguan (disorder), per definisi adalah abnormalitas atau gangguan/kekacauan fungsi. Gangguan medis (medical disorder) dibagi dalam gangguan mental, gangguan fisik, gangguan genetik, ganggunan emosi dan perilaku, dan gangguan fungsional.
Pertimbangan penggunaan istilah gangguan (disorder) sebagai penghalusan atau istilah yang lebih netral untuk menghindarkan stigma, dibandingkan dengan penggunaan isitilah penyakit (disease atau illness), sehingga lebih disukai pada keadaan-keadaan tertentu.
Pada masalah kesehatan mental, istilah mental-disorder digunakan sebagai cara untuk menyatakan interaksi kompleks antara faktor-faktor biologis, sosial, dan psikologis.
Untuk singkatnya, agar tidak membingungkan, istilah penyakit (disease) dan gangguan (disorder) bisa digunakan bergantian, sehingga istilah penyakit (disease) dengan gangguan (disorder) adalah relatif sama. Walaupun istilah gangguan (disorder) lebih umum digunakan untuk merujuk pada suatu sindrom (yaitu kumpulan dari berbagai gejala) yang belum diketahui etiologinya (penyebabnya). Sedangkan istilah penyakit (disease) lebih umum digunakan untuk menunjukkan suatu sindrom yang sudah diketahui penyebabnya, walaupun ada juga sejumlah keadaan yang belum diketahui penyebabnyapun sering disebut sebagai penyakit (disease) pada banyak konteks.
Jadi, jangan bingung lagi. Autisme boleh disebut sebagai disorder (gangguan), boleh juga disebut disesase (penyakit).ASD yaitu Autistic Spectrum Disorder, boleh juga disebut sebagai Autistic Spectrum Disease. WHO (World Health Organization) memasukkan Autism/Autistic kedalam ICD (International Classification of DISEASE).
Jadi, autisme bisa disembuhkan atau tidak? Jika berpegang pada hadits bahwa semua penyakit pasti ada obatnya, maka autisme pasti bisa sembuh. Untuk itu, untuk semua penyakit, para peneliti membanting tulang siang-malam mencari obat dan/atau cara untuk berbagai penyakit (disease) dan gangguan (disorder), bukan hanya untuk sekedar iseng-iseng berhadiah daripada tidak punya pekerjaan, tetapi karena mereka yakin bahwa semua penyakit pasti ada obatnya.
Pada pengobatan dengan anti-jamur, beberapa anak autistik secara mengejutkan tiba-tiba gelaja autistiknya menghilang. Pada pengobatan IVIG/IVGG, beberapa anak autistik secara mengejutkan tiba-tiba memperlihatkan lonjakan perkembangan.
Jika kita suatu hari sakit flue, dan beberapa hari kemudian ditanya oleh teman, kemudian kita katakan bahwa sudah sembuh. Kenapa kita bisa katakan sudah sembuh, yaitu karena berbagai gejala flue sudah menghilang, yaitu misalnya sudah tidak meler lagi, sudah tidak demam lagi, sudah tidak pegal-linu lagi, dlsb.
Sehingga jika anak autistik kita gejala-gejalanya juga sudah menghilang, maka patutlah kita mengatakan bahwa anak autistik kita sudah sembuh. Jadi, kenapa pada anak-anak autistik kita yang sudah tidak tampak/menampakkan gejala-gejala autistik lagi, kita tidak boleh katakan sembuh? Mengapa kita harus memvonis mereka sebagai tetap autis? Haruskah kita hukum mereka seumur hidup? Kasihan sekali anak-anak autistik kita itu.
Mengutip pendapat dari Prof. Rimland, yaitu seorang ahli dalam bidang autisme di Amerika, sesuai pepatah “If it looks like a duck, walks like a duck, quacks like a duck, it must be a duck”, maka analoginya pada “mantan” penyandang autisme ini yaitu “If they look recovered, are thought to be recoverd, (that means) they are recovered”. Jika memang ada gejala sisa, lalu kenapa? Karena tidak ada orang yang bisa mengaku bahwa dirinya 100% normal! Selain itu, banyak penyakit yang sembuh tapi meninggalkan gejala sisa, terus kenapa, apa mereka jadi dikatakan tidak sembuh? Aneh! Misalnya penyakit toxoplasmosis, setelah diobati kemudian sudah hilang, ya kita katakan sembuh, walaupun ada gejala sisa ump matanya buta, ya tetap kita katakan sembuh dengan gejala sisa.Jadi, jelaslah kapan autisme dikatakan sembuh.
Penelitian Prof. Lovaas, mereka yang sembuh dicampur dengan anak-anak yang tanpa pernah mengalami masalah/gangguan. Kemudian dimintakan para ahli untuk melakukan test, ternyata tidak ada satupun ahli yang bisa mengidentifikasi mana yang mantan autistik. Nah, apakah keberadaan mereka dan banyak lagi anak-anak autistik di seluruh dunia yang sudah sembuh bisa dinihilkan? Tentu tidak!