Kok Bisa Sih

Kok Bisa Sih Contact information, map and directions, contact form, opening hours, services, ratings, photos, videos and announcements from Kok Bisa Sih, Medical and health, Denpasar Barat, Denpasar.

19/06/2020
Ayo Cek Cek YouTube Kami...Inget Like Share dan SUBSCRIBE.. Agar Tau Informasi KUTUS KUTUS Terbaru🍃🍃🍃✋Ayo SUBSCRIBE 🙏🙏🙏
20/04/2020

Ayo Cek Cek YouTube Kami...
Inget Like Share dan SUBSCRIBE..
Agar Tau Informasi KUTUS KUTUS Terbaru
🍃🍃🍃✋
Ayo SUBSCRIBE 🙏🙏🙏

KUTUS KUTUS PALSU???🤔 🙏🙏🙏🙏👇👇👇👇
12/04/2020

KUTUS KUTUS PALSU???
🤔

🙏🙏🙏🙏
👇👇👇👇

10/04/2020
TERHUBUNGDalam dunia berita, ada ungkapan yang sangat tua yang dikenal secara luas. Jika anjing menggigit seseorang, itu...
27/11/2017

TERHUBUNG

Dalam dunia berita, ada ungkapan yang sangat tua yang dikenal secara luas. Jika anjing menggigit seseorang, itu bukan berita. Jika orang menggigit anjing, itu berita. Setiap teman yang sangat mempelajari jiwa manusia mengerti, kalau itu referensi berita selama bertahun-tahun, satu hari banyak orang benar-benar akan menggigit anjing.

Seorang teman yang adalah kepala daerah pernah ditanya, mengapa berita tentang daerahnya buruk seperti itu? Dengan ekspresi sedih di wajahnya, ia dengan tenang mengatakan: "Pemerintah daerah melakukan banyak hal yang baik, tapi itu tidak muncul dalam berita. Namun, ketika hanya ada satu hal yang tidak sejalan dengan rasa jurnalis, maka akan muncul lagi dan lagi dalam berita ".

Apakah kita s**a atau tidak ini adalah wacana publik kita. Ini benar-benar sulit untuk menemukan seseorang di usia ini yang dapat melihat kebaikan hati orang lain. Bahkan ketika hati diisi oleh jutaan bunga-bunga cinta dan hanya ada satu titik noda, orang hanya akan berbicara tentang sampah. Terus terang, ketika kita berbicara tentang kesalahan seseorang, tidak mencerminkan kualitas yang lain, itu adalah cermin dari kualitas kita sendiri.

Untuk itu, di jalan meditasi sering disarankan, setiap kali kita bangun dari duduk meditasi terus-menerus belajar untuk melihat bunga-bunga cinta, kebaikan, kasih sayang di mata orang lain. Siapapun yang selalu melihat bunga di mata orang lain, hanya masalah waktu orang akan mencium aroma wanginya hati kita.

Kecenderungan orang untuk melihat diri kita secara negatif, sebagian karena kita gagal untuk melihat sisi indah dalam diri kita. Di beberapa bagian dunia, ada peningkatan jumlah orang yang membenci tubuh mereka karena obesitas dan faktor lainnya. Dalam meditasi, ada banyak pencari yang mengalami kemarahan melompat ke dalam pikiran mereka. Sebagaimana diketahui secara luas di antara para penyembuh spiritual, selalu ada penyangkalan diri dalam setiap rasa sakit dan penyakit. Semakin keras seseorang menyangkal dirinya sendiri lebih menyakitkan penderitaannya.

Terinspirasi oleh hal ini, pesan dalam meditasi adalah: "menerima, mengalir, dan tersenyum". Selalu ingat dalam hati, segala sesuatu (baik-buruk, benar-salah) adalah tarian dari kesempurnaan yang sama. Setiap pencari yang sungguh-sungguh mempraktekkan ini akan tersenyum membaca pesan ini: "ketika Kita memaafkan diri sendiri, Kita benar-benar memberikan bunga yang indah untuk jiwa kita".

Di zaman ini pernah lahir jiwa yang indah yang dikagumi oleh dunia yang bernama Nelson Mandela. Dan pesan yang paling menyentuh yang mengalir melalui mantan pemimpin Afrika Selatan adalah pengampunan. Pengampunan tentu tidak mengubah masa lalu, tetapi mengendurkan cengkeraman berbahaya dari kemarahan dan balas dendam. Di atas itu semua, memaafkan membuat seseorang menanam benih-benih cinta kasih di mana-mana. Sebagai warisan spiritual yang sudah terbangkitkan: "Jika kita menanam benih-benih cinta kasih setiap hari, orang yang mekar adalah kita".

Salah satu tanda penting hati yang sudah mekar, dia bisa melihat bunga-bunga di mana-mana. Dalam kata sederhana namun mendalam : "ada bunga di sampah, ada sampah di bunga". Di jalan meditasi, ini disebut wawasan. Pada tingkat wawasan, kesempurnaan adalah tidak adanya cacat. Kesempurnaan adalah kemampuan untuk tersenyum kepada semua kekurangan.

Setiap hati yang telah tiba di sini akan mengerti, dalam setiap siklus waktu ada ketidaksempurnaan. Bahkan ketika para nabi dilahirkan, ketidaksempurnaan adalah kehadiran. Namun, ketidaksempurnaan bukanlah musuh dari kesempurnaan, itu seperti kegelapan yang membuat cahaya bersinar lebih terang.

Itulah alasan mengapa jiwa yang indah tidak tertarik untuk mengkritik orang lain. Terutama karena setiap sikap kritis pada orang lain hanya akan melemahkan diri kita sendiri. Sebaliknya, jiwa yang indah yang sampai ke tahap ini akan sangat lapar untuk mengasihi dan melayani. Dalam bahasa lain: "kebaikan adalah cara jiwa untuk berbagi aroma batin". Sebagai hasilnya, kita tidak perlu menjadi orang yang menggigit anjing.

TERHUBUNGBanyak pencari di jalan cahaya bertanya secara tidak sabar, bagaimana caranya agar cepat berjumpa cahaya? Salah...
25/11/2017

TERHUBUNG

Banyak pencari di jalan cahaya bertanya secara tidak sabar, bagaimana caranya agar cepat berjumpa cahaya? Salah satu cara agar bisa berjumpa cahaya adalah melihat setiap mahluk yang dijumpai sebagai cahaya. Pendekatan ini disebut mirroring. Ia mirip dengan melihat cahaya di cermin, yang melihat juga mendapat pantulan cahaya.

Mendengar pendapat ini, ada yang bertanya protes: “apakah penipu juga membawa cahaya buat kita?”. Tentu saja, terutama kalau seseorang belajar secara mendalam setelah ditipu. Bila mengenali ciri-ciri penipu, maka kemungkinan seseorang ditipu lagi di waktu berikutnya akan jauh lebih kecil.

Dengan cara pandang seperti ini, di mana-mana seorang pencari melihat cermin yang memantulkan cahaya. Ia mengingatkan bahwa jiwa adalah cahaya. Ia bel kesadaran kalau manusia adalah cahaya yang meminjam sebuah tubuh, bukan tubuh yang sedang mencari cahaya.

Di jalan meditasi, pendekatan ini dibadankan dalam keseharian seperti ini. Kapan saja ada waktu jeda sebentar, entah karena kacau atau karena tenang, entah terganggu atau tidak ada gangguan sama sekali, coba bernafas lebih pelan dari biasanya. Nafas masuk, saya adalah cahaya. Nafas keluar, saya sedang berbagi cahaya kepada dunia.

Ini bukannya fantasi yang tidak didukung buku suci. Banyak buku suci yang bercerita kalau jiwa adalah cahaya. Sebagian pencari yang penggaliannya sudah dalam tahu dan melihat cahaya itu. Dalam logika listrik yang sederhana, kapan saja unsur negatif dan positif disentesakan (bukan negatifnya dibuang dan positifnya digenggam), di sana muncul cahaya.

Sebagai akibatnya, pelan perlahan kegelapan di dalam seperti kebodohan dan kemarahan diterangi cahaya. Ini yang bisa menerangkan kenapa sejumlah pencari mukanya bercahaya, hidupnya bercahaya, pesan-pesannya bercahaya.

Tatkala Nelson Mandela mau meninggalkan penjara, beliau bergumam pada dirinya sendiri seperti ini: “kalau saya tidak memaafkan orang yang memenjarakan saya selama 27 tahun, saya akan membawa penjara di kepala saya ke mana pun saya pergi”. Inilah jiwa yang penuh cahaya. Bahkan setelah dipenjara selama 27 tahun pun masih bisa memaafkan.

Dalai Lama pernah ditanya: “apakah yang mulia akan terlahir kembali?”. Dengan tersenyum pemenang hadiah Nobel perdamaian tahun 1989 ini menjawab: “tentu saja, tidak ada keraguan sedikit pun soal itu”. Saat ditanya balik, di mana beliau akan terlahir, dengan tenang warga negara kehormatan di Amerika Serikat ini menjawab: “saya akan terlahir di mana pun saya dibutuhkan. Termasuk bisa terlahir di dunia binatang kalau saya diperlukan di sana”.

Sementara manusia kebanyakan sibuk sekali memikirkan agar dirinya cepat-cepat terbebas dari alam samsara, jiwa bercahaya seperti Dalai Lama bersumpah seperti ini: “semasih ada ruang, semasih ada mahluk, izinkan saya terus terlahir, biar ada yang membimbing semua mahluk keluar dari kegelapan penderitaan”.

Inilah ciri pencari yang sudah berjumpa cahaya. Kalau orang biasa membenci kegelapan, cahaya berterima kasih pada kegelapan. Hanya karena kebaikan kegelapanlah maka kita bisa melihat cahaya. Di tingkatan seperti ini, kehidupan berubah wajah menjadi dekapan belas kasih. Cahaya ada di sini tidak untuk memusuhi kegelapan, tapi untuk menerangi kegelapan.

TERHUBUNG“Bila tidak melaksanakan vegetarian, apakah meditasinya akan terganggu?”, demikian seorang anak muda bertanya. ...
20/11/2017

TERHUBUNG

“Bila tidak melaksanakan vegetarian, apakah meditasinya akan terganggu?”, demikian seorang anak muda bertanya. Tidak makan daging tentu saja baik. Terutama karena mengurangi rasa bersalah yang timbul di dalam hati. Tapi yang lebih baik lagi adalah vegetarian di dalam pikiran (pikiran yang tidak menghakimi).

Terlalu banyak sahabat yang mulutnya vegetarian, tapi pikirannya tidak vegetarian. Sebagai akibatnya, perjalanan meditasinya penuh dengan halangan. Ini yang dialami oleh dua orang murid zen yang meditasinya sulit bertumbuh.

Suatu hari dua murid ini melihat bendera sedang bergerak. Yang pertama menyebutkan kalau yang bergerak adalah benderanya. Yang kedua menyimpulkan kalau yang bergerak adalah anginnya. Maka ramaiah perdebatan diantara mereka berdua. Bendera-angin, angin-bendera, dan seterusnya.

Di tengah perdebatan yang memanas, tiba-tiba Guru mereka datang. Tatkala ditanya yang benar yang mana, Gurunya kemudian menjawab: “yang bergerak adalah pikiran kalian”. Inilah ciri pikiran yang tidak vegetarian, selalu bergerak lengkap dengan dialog dan perdebatan di dalam. Ujungnya mudah ditebak, kedamaian menjauh.

Berbeda dengan perguruan tinggi di mana logika yang kuat diberi nilai tinggi, di jalan meditasi logika yang terlalu kuat adalah serangkaian penghalang yang mengkhawatirkan. Dalam bahasa yang indah: “logika adalah tongkat bagi jiwa-jiwa yang pincang, serta beban berat bagi jiwa-jiwa yang sudah terbang”.

Itu sebabnya meditasi tekun sekali memberitahu untuk melewati logika, terutama dengan cara menyaksikan. “Perhatikan pikiran sebagai pikiran, bukan sebagai kebenaran, begitulah cara meditasi membebaskan banyak sekali jiwa”, demikian sering terdengar di sesi-sesi meditasi.

Tidak saja logika dilampaui, rasa juga dilampaui. Rasa sedih dilewati, rasa senang juga dilewati. Sampai suatu hari mengalami, semuanya hanya gelombang-gelombang di permukaan. Dan meditasi tidak menyarankan Anda menjadi gelombang, melainkan kembali ke rumah abadi bernama samudra.

Di rumah abadi bernama samudra inilah kemudian seseorang bisa melihat secara jernih dan bersih perjalanan dari tubuh personal ke tubuh interpersonal, kemudian istirahat indah di tubuh kosmik. Di tubuh personal, seseorang mengira tubuh fisiklah diri mereka. Di tubuh interpersonal, seseorang rindu pengakuan, kebersamaan.

Dan hanya di tubuh kosmik (alam dan kehidupan) kemudian jiwa bisa melampaui logika dan rasa. Kalau logika adalah tongkat bagi jiwa-jiwa yang pincang, rasa adalah perahu bagi jiwa-jiwa yang belum pulang. Keduanya hanya kendaraan-kendaraan sementara.

Dan sesampai di rumah (home), kehidupan berubah wajah menjadi serangkaian senyuman. Masa lalu membawa senyuman, masa depan menjanjikan senyuman, masa kini penuh senyuman. Diantara semua senyuman, yang terindah adalah keheningan yang melahirkan cinta.

TERHUBUNGMencari tempat berlindung, itu tema banyak sekali kehidupan di zaman ini. Pemerintah membuat hati tidak betah, ...
17/11/2017

TERHUBUNG

Mencari tempat berlindung, itu tema banyak sekali kehidupan di zaman ini. Pemerintah membuat hati tidak betah, keluarga membuat hidup jadi gelisah. Di beberapa bagian, bahkan lembaga keagamaan pun terlihat gundah.

Mendengar Ke Luar

Untuk mencari tempat berlindung yang indah inilah kemudian kebanyakan manusia belajar mendengar ke luar. Kuliah, mendengarkan ceramah, membaca buku suci semuanya bagian dari mendengar ke luar. Dengan perasaan sedih harus diceritakan di sini, semua orang yang mencari tempat berlindung di luar, semuanya harus kecewa.

Osho dan D. Laurence bahkan teramat ekstrim, untuk menyelamatkan generasi depan - sekali lagi menurut Osho dan Laurence - jalan terbaik adalah menutup semua universitas selama seratus tahun. Bila boleh jujur, tidak semua suara dari luar itu tidak berguna. Asal jujur dan jernih mendengarkannya, sejumlah suara dari luar juga membimbing manusia menuju pulang.

Di jalan belas kasih, salah satu pesan yang sebaiknya dicermati secara teliti adalah pesan-pesan yang hadir di balik musuh-musuh yang menyakiti. Menurut penemuan seorang Guru asli dari Tibet: “bila seseorang belum bisa memaafkan dan menerima kejahatan musuh artinya rumah (home) masih jauh”.

Mendengar Ke Dalam

Di jalan kesembuhan, penyembuh-penyembuh dari luar seperti dokter dan psikiater menghabiskan waktu terbatas untuk mendengarkan dan mengerti kita. Sementara kita sendiri menghabiskan waktu lama sekali bersama badan, pikiran dan jiwa ini. Tantangannya kemudian, punyakah kita cukup kepekaan untuk mendengarkan suara-suara dari dalam?.

Badan yang sakit, jiwa yang gelisah adalah tanda kita gagal mendengar suara dari dalam. Jauh sebelum badan sakit, jiwa gelisah, dari dalam sudah menyampaikan pesan. Tidur yang kurang dari enam jam, mimpi-mimpi buruk, warna kencing yang tidak jernih hanya sebagian kecil suara di dalam yang tidak didengar.

Bagi tiap sahabat yang ikut di jalan belas kasih, rasa sakit di dalam yang ditimbulkan musuh adalah pesan terpenting dari dalam yang sebaiknya didengar. Perhatikan rasa di dalam saat disakiti. Kemudian fokus pada dua hal yakni musuh yang menimbulkan rasa sakit, serta rasa sakit itu sendiri. Kemudian tersenyum pada keduanya, sambil bergumam: “saya adalah yang menyaksikan”.

Listen vs. Silent

Siapa saja yang praktik menyaksikannya mendalam mengerti, melatih diri seperti ini sangat menyembuhkan dan membersihkan. Dalam bahasa meditasi, praktik ini disebut menjadi yang ke empat. Musuh bukan, rasa sakit bukan, keadaan netral juga bukan. Di titik yang ke empat inilah kemudian terbuka pintu keheningan.

Tidak kebetulan kalau dalam bahasa Inggris, silent (hening) ejaannya dekat sekali dengan listen (mendengar). Karena hanya tatkala batin heninglah kemudian seseorang mulai bisa mendengar. Jalalludin Rumi, Ramana Maharsi, Meister Eickhart, para Yogi sejati semuanya memasuki gerbang ini. Indahnya, setelah memasuki gerbang keheningan ini, secara alamiah di dalam mekar bunga belas kasih.

Meminjam bahasa makhluk tercerahkan, keheningan yg sejati adalah keheningan yang melahirkan belas kasih. Sesampai di sini, belas kasih menjadi sifat alami hati itu sendiri tanpa perlu berjuang. Ia sealami madu yg manis. Inilah yang disebut Karen Armstrong sebagai Avatara belas kasih. Tatkala seseorang kembali ke inti diri terdalam berupa keheningan, ia kemudian secara alamiah membuat bunga belas kasih mekar di dalam. Di tingkat ini, seseorang tidak lagi mencari tempat berlindung, ia adalah tempat berlindung bagi banyak sekali jiwa-jiwa yang gelisah.

TERHUBUNGSeorang sahabat ateis di Barat bergabung di sebuah kelas meditasi hanya karena dipaksa oleh pacarnya agar ikut ...
16/11/2017

TERHUBUNG

Seorang sahabat ateis di Barat bergabung di sebuah kelas meditasi hanya karena dipaksa oleh pacarnya agar ikut meditasi. Anehnya, ia bertumbuh dalam meditasi jauh lebih cepat melampaui semua temannya yg melaksanakan perintah agama. Ini bisa terjadi karena ia memasuki gerbang meditasi tanpa kerangka dan tanpa harapan apa-apa.

Cerita ini bukan sebuah anjuran menjadi ateis. Sekali lagi bukan. Melainkan sebuah anjuran untuk memasuki gerbang meditasi tanpa kerangka salah-benar, buruk-baik dan sejenis, serta bertumbuh di taman meditasi tanpa harapan apa-apa. Untuk kemudian, menyatu dengan saat ini apa adanya.

Itu sebabnya, sahabat-sahabat yang ikut perjalanan meditasi yang cukup panjang, semua dianjurkan untuk melepaskan semua tabungan masa lalu. Tidak saja rasa bersalah dan memori buruk dari masa lalu yang dilepaskan, bahkan pengalaman-pengalaman spiritual yang paling indah yang pernah terjadi di masa lalu pun dilepaskan.

Ia mirip dengan pepohonan yang bercengkrama indah dengan matahari pagi. Kesegaran kedamaian hanya terjadi kalau pepohonan melupakan pengalaman buruk dan pengalaman indah yang pernah terjadi di masa lalu. Untuk kemudian, menyatu dengan matahari pagi saat ini.

Bila masa lalu membawa banyak rasa bersalah, masa depan menghadirkan banyak ketakutan. Dan yang paling menakutkan adalah ketakutan akan kematian. Lagi-lagi ini pun dilepaskan. Bedanya dengan ajaran spiritual lain yang menggenggam yang baik menendang yang buruk, meditasi belajar lepas sepenuhnya dari genggaman yang positif, bebas sepenuhnya dari usaha untuk menendang yang negatif.

Hanya tatkala beban masa lalu dilepaskan, ketakutan akan masa depan dilepaskan, kemudian bathin bisa istirahat di saat ini apa adanya. Ini yang membawa kemungkinan perjumpaan dengan sepasang bunga jiwa.

Bunga jiwa yang pertama bernama kesadaran (awareness). Apa pun berkah di saat ini hanya disadari. Kaki semutan sadari. Pikiran damai sadari. Makian tetangga sadari. Pujian atasan sadari. Selalu simpan di dalam hati, semuanya hanya numpang lewat, datang kemudian pergi.

Bila ada luka jiwa di dalam, jumpai bunga jiwa yang ke dua yakni perawatan (carefulness). Berbeda dengan pendekatan penyembuhan lain yang membuang banyak sekali hal, meditasi menyembuhkan Anda dengan mendekap diri Anda apa adanya. Dalam logika biasa, ini kelihatannya tidak mungkin.

Tapi banyak sahabat yang sembuh oleh meditasi bercerita, obat penyembuh yang terdalam datang dari diri sendiri. Dan dari semua energi di dalam, yang paling menyembuhkan adalah ketekunan untuk mendekap lembut rasa sakit apa adanya.

Tiap sahabat yang sudah berjumpa sepasang bunga jiwa mengerti, hanya ia yang di dalamnya bunga yang bisa memberikan bunga ke orang lain. Maknanya, hanya ia yang di dalamnya sembuh dan utuh kemudian bisa ikut menyembuhkan dunia.

“Apa lentera penerang dalam perjalanan spiritual yang panjang?”, ini pertanyaan banyak orang. Mirip dengan pergi ke punc...
15/11/2017

“Apa lentera penerang dalam perjalanan spiritual yang panjang?”, ini pertanyaan banyak orang. Mirip dengan pergi ke puncak gunung yang jauh, di setiap tahap pertumbuhan seseorang memerlukan kendaraan yang berbeda. Saat melintasi jalan tol, orang memerlukan mobil. Begitu memasuki jalan setapak, seseorang memerlukan kuda. Tatkala mendaki tebing, seorang pencari memerlukan tali.

Perjalanan spiritual yang panjang juga serupa. Nyaris semua orang di zaman ini memulai perjalanan dengan intelek. Membaca buku, berdialog, menghadiri kelas meditasi adalah sebagian dari dahaga intelek. Bahkan para sahabat yang menghabiskan banyak waktu dalam keheningan pun, masih bercakap-cakap dengan dirinya. Sekali lagi, ini lentera bernama intelek (bahasa kepala).

Ada saatnya dalam perjalanan spiritual di mana intelek seperti kehabisan tenaga untuk mendukung pertumbuhan spiritual. Di titik inilah orang menoleh kepada insting (pesan-pesan yg disembunyikan dalam tubuh kita). Bulu kuduk yang merinding, perasaan aneh memasuki sebuah tempat, merasa cepat akrab dan hormat pada seorang Guru, bahkan ada yang menangis menggigil saat berjumpa seorang Guru, adalah sebagian cara insting untuk memberi tahu.

Intelek dan insting juga bukan seluruh cerita. Tatkala keduanya sudah menunjukkan batas-batas daya bantunya, di sana seorang pencari menggali intuisi (bahasa hati). Mulai bisa melihat kalau semua mahluk adalah jiwa-jiwa menderita yang memanggil untuk ditolong, mereka ada di sini untuk membuat hati jadi indah, kadang terjadi hanya melihat kucing yang kurus saja sudah membuat mata meneteskan air mata. Inilah tanda-tanda bahasa hati.

Di tingkatan hati seperti ini, seseorang menemukan kebahagiaan dan kedamaian dengan cara banyak menolong dan melayani. Menolong seperti nutrisi jiwa. Melayani mirip dengan rumah jiwa. Ada perasaan aman dan nyaman di sana. Ini yang menjelaskan kenapa bunda Teresa menemukan kedamaian mendalam di tengah kekacauan kota kumuh Kalkuta.

Ini juga yang menjelaskan kenapa Mahatma Gandhi meninggalkan semua kemewahannya sebagai pengacara di Afrika Selatan, kemudian pulang ke India mengenakan baju kesederhanaan, berumah di rumah pelayanan. Dalam bahasa sederhana sekaligus mendalam Dalai Lama: “agama saya adalah kebajikan”.

Lagi-lagi harus dikemukakan, hati juga bukan lentera di sepanjang perjalanan. Ada masanya tatkala seorang pencari sudah tumbuh jauh di dunia hati, kemudian ia belajar menjadi saksi. Tangan masih melayani. Hati masih mencintai. Tapi seorang pencari mulai duduk sebagai seorang saksi. Pelayanan tidak lagi menimbulkan keakuan. Cinta tidak lagi membuat seseorang menderita. Terutama karena seorang sudah menjadi saksi.

Siapa saja yang sudah lama menghabiskan waktu menjadi saksi mengerti, ketekunan untuk terus menjadi saksi mirip dengan rahim yang akan melahirkan bayi cantik bernama belas kasih. Inilah lentera orang-orang di puncak gunung yakni lentera belas kasih.

Bukan sembarang belas kasih, melainkan belas kasih sebagai sifat alami bathin itu sendiri. Ia mirip dengan bunga indah dan pohon rindang. Sifat alami bunga indah mengundang datangnya kupu-kupu, sifat alami pohon rindang mengundang datangnya burung-burung bernyanyi. Sifat alami seorang saksi sejati, ia ada di bumi untuk melaksanakan dan memancarkan belas kasih.

Di tingkatan ini, jangankan saat meditasi, atau saat melayani, bahkan saat tidur pun seorang masih memancarkan belas kasih. Selamat datang di rumah sejati jiwa-jiwa yang indah.

Address

Denpasar Barat
Denpasar

Telephone

08990100369

Website

Alerts

Be the first to know and let us send you an email when Kok Bisa Sih posts news and promotions. Your email address will not be used for any other purpose, and you can unsubscribe at any time.

Share

Share on Facebook Share on Twitter Share on LinkedIn
Share on Pinterest Share on Reddit Share via Email
Share on WhatsApp Share on Instagram Share on Telegram