17/08/2017
Konsep Kesehatan Dalam Islam
Islam sebagai agama yang sempurna dan lengkap. Telah menetapkan prinsip-prinsip dalam penjagaan keseimbangan tubuh manusia. Diantara cara Islam menjaga kesehatan dengan menjaga kebersihan dan melaksanakan syariat wudhu dan mandi secara rutin bagi setiap muslim.
Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat. Menjadi sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah SWT kepada manusia. Adalah tak mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang layak kepada ketaatan kepada Allah SWT jika tubuh tidak sehat.
Tidak ada sesuatu yang begitu berharga seperti kesehatan. Karenanya, hamba Allah SWT hendaklah bersyukur atas kesehatan yang dimilikinya dan tidak bersikap kufur. Nabi SAW bersabda, âAda dua anugerah yang karenanya banyak manusia tertipu, yaitu kesehatan yang baik dan waktu luang.â (HR. Bukhari).
Abu Darda berkata, âYa Rasulullah, jika saya sembuh dari sakit saya dan bersyukur karenanya, apakah itu lebih baik daripada saya sakit dan menanggungnya dengan sabar?â Nabi SAW menjawab, âSesungguhnya Rasul mencintai kesehatan sama seperti engkau juga menyenanginya".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi bahwa Rasulullah SAW bersabda : "Barangsiapa bangun di pagi hari dengan badan sehat dan jiwa sehat p**a, dan rezekinya dijamin, maka dia seperti orang yang memiliki dunia seluruhnya".
Di antara ucapan-ucapan bijaksana Nabi Dawud AS adalah sebagai berikut, âKesehatan adalah kerajaan yang tersembunyi.â Juga. âKesedihan sesaat membuat orang Jadi lebih tua satu tahun.â Juga, âKesehatan adalah mahkota di kepala orang-orang yang sehat, yang hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang sakit.â Dan juga, âKesehatan adalah harta karun yang tak terlihat.â
Konsep Islam Dalam Menjaga Kesehatan
1. Anjuran Menjaga Kesehatan
Sudah menjadi semacam kesepakatan, bahwa menjaga agar tetap sehat dan tidak terkena penyakit adalah lebih baik daripada mengobati, untuk itu sejak dini diupayakan agar orang tetap sehat. Menjaga kesehatan sewaktu sehat adalah lebih baik daripada meminum obat saat sakit. Dalam kaidah ushuliyyat dinyatakan : Dari Ibn âAbbas, ia berkata, aku pernah datang menghadap Rasulullah SAW, saya bertanya : Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu do'a yang akan di baca dalam doaku, Nabi SAW menjawab : Mintalah kepada Allah SWT ampunan dan kesehatan, kemudian aku menghadap lagi pada kesempatan yang lain saya bertanya : Ya Rasulullah ajarkan kepadaku sesuatu doa yang akan di baca dalam doaku. Nabi menjawab : âWahai Abbas, wahai paman Rasulullah SAW mintalah kesehatan kepada Allah, di dunia dan akhirat.â (HR Ahmad, al-Tumudzi, dan al-Bazzar)
Berbagai upaya yang mesti dilakukan agar orang tetap sehat menurut para pakar kesehatan, antara lain, dengan mengkonsumsi gizi yang cukup, olahraga cukup, jiwa tenang, serta menjauhkan diri dari berbagai pengaruh yang dapat menjadikannya terjangkit penyakit. Hal-hal tersebut semuanya ada dalam ajaran Islam, bersumber dari hadits-hadits shahih maupun ayat-ayat Al-Qur'an.
2. Nilai Sehat dalam Ajaran Islam
Dengan merujuk konsep sehat yang dewasa ini dipahami. berdasarkan rumusan WHO yaitu : Health is a state of complete physical, mental and social-being, not merely the absence qidisease on infirmity (Sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohaniah, dan sosial yang baik).
Menurut penelitian âAli Muânis, dokter spesialis internal Fakultas Kedokteran Universitas âAin Syams Cairo, menunjukan bahwa ilmu kedokteran modern menemukan kecocokan terhadap yang disyariatkan Nabi dalam praktek pengobatan yang berhubungan dengan spesialisasinya.
Sebagaimana disepakati oleh para ulama bahwa di balik pensyariatan segala sesuatu termasuk ibadah dalam Islam terdapat hikmah dan manfaat phisik (badaniah) dan psikis (kejiwaan). Pada saat orang-orang Islam menunaikan kewajiban-kewajiban keagamannya, berbagai penyakit lahir dan batin terjaga.
3. Kesehatan Jasmani
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal, yaitu : dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
Pertama : Mengatur Pola Makan dan Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur terpenting untuk menjaga kesehatan. Kalangan ahli kedokteran Islam menyebutkan, makan yang halalan dan thayyiban. Al-Qur'an berpesan agar manusia memperhatikan yang dimakannya, seperti ditegaskan dalam ayat : âMaka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannyaâ.(QS. âAbasa 80 : 24).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, Al-Qur'an selalu menekankan dua sifat, yang halal dan thayyib, di antaranya dalam (Q.S : Al-Baqarah (2) : 1168, Al-Maidah (3) : 88. Al-Anfal (8) : 89. An-Nahl (16) : 114).
Kedua : Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Banyak ayat dalam Al-Qur'an menganjurkan hal tersebut.
Al-Qur'an melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para pakar di bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk dalam larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibaty ang ditimbulkan, bau, mengganggu orang lain dan lingkungan. Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya tahannya, sesuai anjuran Nabi SAW : Bahwa badanmu mempunyai hak.
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Tuhan melalui ibadah. Islam memberi tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani. Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing anggota tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi.
Di sisi lain, Islam melarang membebani badan melebihi batas kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah, seperti tampak pada tekad sekelompok Sahabat Nabi yang ingin terus menerus shalat malam dengan tidak tidur, sebagian hendak berpuasa terus menerus sepanjang tahun, dan yang lain tidak mau âmenggauliâ istrinya, sebagaimana disebutkan dalam hadits : âNabi SAW pernah berkata kepadaku : "Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa di siang hari dan qiyamul lail dimalam hari, maka aku katakan, benar yaa Rasulullah, Nabi SAW menjawab : Jangan lakukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan pada lambungmu juga ada hakâ (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga : Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan adalah melalui kegiatan berolahraga. Kata olahraga atau sport (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Latin Disportorea atau deportore, dalam bahasa Itali disebut âdeporteâ yang berarti penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga atau sport dirumuskan sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil memelihara jasmaniah.
Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional, efisiensi dari fungsi-rungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga (Bahasa Arab : Al-Riyadhah) termasuk bidang ijtihadiyat. Secara umum hukum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah, jika diniati ibadah atau agar mampu melakukan ibadah dengan sempurna dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma Islami. Sumber ajaran Islam tidak mengatur secara rinci masalah yang berhubungan dengan berolahraga, karena termasuk masalah âduniawiâ atau ijtihadiyah, maka bentuk, teknik, dan peraturannya diserahkan sepenuhnya kepada manusia atau ahlinya. Islam hanya memberikan prinsip dan landasan umum yang harus dipatuhi dalam kegiatan berolahraga.
Nash Al-Qur'an yang dijadikan sebagai pedoman perlunya berolahraga, dalam konteks perintah jihad agar mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kemungkinan serangan musuh, yaitu ayat : âDan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan padaj alan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan). (QS : Al-Anfal :60).
Nabi SAW menafsirkan kata kekuatan (al-Quwwah) yang dimaksud dalam ayat ini adalah memanah. Nabi pernah menyampaikannya dari atas mimbar disebutkan 3 kali, sebagaimana dinyatakan dalam satu hadits :
Nabi SAW berkata : âDan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupiâ Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, Ingatlah kekuatan itu adalah memanah, (HR : Muslim, al-Turmudzi, Abu Dawud, Ibn Majah, Ahmad, dan al-Darimi).
Keempat : Anjuran Menjaga Kebersihan
Ajaran Islam sangat memperhatikan masalah kebersihan yang merupakan salah satu aspek penting dalam ilmu kedokteran. Dalam terminologi Islam, masalah yang berhubungan dengan kebersihan disebut dengan AT-Thaharah. Dari sisi pandang kebersihan dan kesehatan, AT-thaharah merupakan salah satu bentuk upaya preventif, berguna untuk menghindari penyebaran berbagai jenis kuman dan bakteri.
Imam As-Suyuthi, âAbd al-Hamid al-Qudhat, dan ulama yang lain menyatakan, dalam Islam menjaga kesucian dan kebersihan termasuk bagian ibadah sebagai bentuk qurbat, bagian dari taâabbudi, merupakan kewajiban, sebagai kunci ibadah, Nabi bersabda : âDari âAli RA, dari Nabi SAW, beliau berkata : âKunci shalat adalah bersuciâ. (HR : Ibnu Majah, at-Turmudzi, Ahmad, dan ad-Darimi).
Berbagai ritual Islam mengharuskan seseorang melakukan thaharah dari najis, mutanajjis, dan hadats. Demikian pentingnya kedudukan menjaga kesucian dalam Islam, sehingga dalam buku-buku fikih dan sebagian besar buku hadits selalu dimulai dengan mengupas masalah thaharah, dan dapat dinyatakan bahwa âfikih pertama yang dipelajari umat Islam adalah masalah kesucianâ.
âAbd al-Munâim Qandil dalam bukunya al-Tadaivi bi al-Quran seperti halnya kebanyakan ulama membagi thaharah menjadi dua, yaitu lahiriah dan rohani. Kesucian lahiriah meliputi kebersihan badan, pakaian, tempat tinggal, jalan dan segala sesuatu yang dipergunakan manusia dalam urusan kehidupan. Sedangkan kesucian rohani meliputi kebersihan hati, jiwa, akidah, akhlak, dan pikiran.
Terakhir, semoga pemaparan di atas semakin menambah pengetahuan kita tentang korelasi antara Islam dan kesehatan dan menguatkan azam kita untuk menekuni pengobatan yang telah diajarkan oleh Nabi agung kita Muhammad SAW, aminâŚ