Selama ini masyarakat mengartikan obat kimia sebagai penyembuh yang bereaksi cepat, harus sesuai anjuran dokter (karena bersifat keras), namun ada efek sampingnya. Sedangkan obat herbal cenderung lambat dalam penyembuhannya, bisa dikonsumsi oleh siapa saja tanpa resep dokter, dan bebas efek samping. Sebelum membahas lebih jauh, mari kita kenali dahulu apa itu obat herbal. Obat herbal terbuat dari sumber yang berasal dari alam, yaitu tumbuhan/tanaman. Pada dasarnya tanaman yang dijadikan obat herbal adalah tanaman yang telah digunakan sebagai ramuan jamu tradisional sejak turun temurun dari leluhur. Bisa jadi tumbuhan yang dipilih ada di sekitar kita (seperti kunyit dan temulawak), bisa juga tumbuhan langka (seperti tribulus dan macca). Masyarakat di jaman dulu meracik obat herbal dalam bentuk jamu tradisional, karena di jaman itu belum ada peralatan medis yang canggih seperti sekarang. Lantas, kenapa kita harus mengkonsumsi obat herbal yang terkesan tradisional jika jaman sekarang semua sudah canggih? Obat Herbal Beradaptasi dengan Tubuh
Ketika tubuh kita menerima obat, biasanya tubuh membentuk suatu pertahanan pada zat-zat yang dianggap asing. Itulah sebabnya banyak orang berasumi obat = racun. Saat Anda sakit, kemudian dokter memberikan obat-obatan yang bersifat keras namun telah disesuaikan dosisnya. Resep yang selalu disertakan adalah paracetamol (penahan rasa sakit) dan antibiotik (mengatasi infeksi bakteri). Biasanya obat-obatan keras menimbulkan rasa kantuk, dan tidak boleh dikonsumsi lebih dari tiga hari berturut-turut agar tidak memicu kerusakan ginjal. Ini dikarenakan tubuh kita yang mulai terbiasa dengan obat kimia, membentuk pertahanan pada partikel obat kimia yang awalnya terasa asing, sehingga apabila dikonsumsi jangka panjang lama-kelamaan Anda tidak merasakan manfaat apa-apa. Ginjal yang tugasnya menyaring darah dan menetralisir racun, menjadi kewalahan dan mengalami kerusakan dengan ditandai gejala: tubuh tidak mampu lagi menerima obat. Bukan berarti Anda tidak boleh mengkonsumsi obat kimia, namun yang ingin saya sampaikan adalah patuhi anjuran dokter dan jangan melebihi batas waktu :)
Obat Herbal Bekerja Langsung Ke Sumbernya
Berbeda dengan obat herbal. Karena berasal dari alam, sifatnya yang alami membuat obat herbal memiliki partikel yang dapat beradaptasi dengan tubuh manusia. Contoh yang saya ambil adalah senyawa acetogenin pada daun sirsak. Acetogenin ketika dimasukkan ke dalam tubuh manusia yang mengidap kanker, dapat mendeteksi adanya perkembangbiakan sel yang tidak wajar. Acetogenin bergerak langsung menuju sel abnormal, tanpa membahayakan sel yang masih sehat. Ia menghambat perkembangan sel abnormal, sehinga sel abnormal tersebut gagal berkembang biak dan mati. Itulah alasan kenapa orang di jaman dulu menggunakan air rebusan daun sirsak untuk menyembuhkan kanker. Bisakah Kita Meracik Sendiri Obat Herbal? Pertanyaan itulah yang sering saya temukan selama berjualan obat herbal. Jika obat herbal yang ditawarkan terbuat dari bahan-bahan yang bisa ditemukan oleh semua orang, lalu kenapa harus membeli. Jawabannya adalah: tidak semua orang mampu melakukan sterilisasi. Anda bisa menemukan daun sirsak dengan mudahnya, tapi tidak menjamin Anda dapat mensterilkan daun sirsak tersebut dengan cara yang sama seperti para ahli obat. Di jaman dulu, lingkungan masih murni, belum begitu tercemar. Jadi setiap orang bisa meracik sendiri obat dengan cara tradisional asalkan diberi pengetahuan. Sedangkan jaman sekarang, polusi dimana-mana, hutan semakin berkurang, kecil sekali kemungkinan kita untuk mendapatkan bahan-bahan alami yang belum tercemar. Kecuali Anda tinggal di pedesaan terpencil. Disinilah para ahli obat berperan, mereka menggunakan teknologi dan pengetahuan untuk mensterilkan bahan-bahan tersebut, mengumpulkan manfaatnya, dan menyajikannya dalam bentuk obat ke hadapan Anda.