17/09/2013
Pentingnya Premarital Check Up!
Menikah adalah satu momen yang tak hanya membahagiakan tapi juga merupakan fase akhir dalam sebuah hubungan bagi tiap pasangan yang telah menemukan belahan jiwanya. Jauh-jauh hari sebelumnya, kita harus mempersiapkan hari bersejarah itu, demi momen istimewa yang patut dikenang seumur hidup. Namun masih banyak orang yang enggan melakukan Premarital Check Up.
Premarital Check Up atau lebih sering disebut Prewedding test adalah Medical Check Up sebelum dilakukannya pernikahan. Kebanyakan orang Indonesia menyepelekan dan berpandangan negatif terhadap pemeriksaan kesehatan pranikah (premarital check up) ini, sehingga enggan melakukan pemeriksaan tersebut.
Alasan keengganan yang sering terlontar yaitu “Buat apa sih ? Nanti kalo ternyata ada apa-apa, gimana ? Malah jadi pikiran dan bisa-bisa gak jadi nikah deh”. Keengganan pun terkadang muncul karena anggapan tabu terhadap premarital check up yang bisa menyinggung calon besan atau mertua dengan menguak riwayat kesehatan keluarga.
sebenarnya pemeriksaan pranikah ini sangat dianjurkan oleh pakar kesehatan. Karena dengan melakukan premarital check up, berarti Anda dan pasangan telah mengupayakan tindakan pencegahan (preventif) terhadap masalah kesehatan, terutama yang bisa mempengaruhi kesuburan pasangan maupun calon keturunan.
Bisa jadi Anda atau pasangan tampak sehat, namun ternyata sebenarnya memiliki penyakit yang diwariskan keluarga dan harus disikapi secara segera serta serius karena bisa membahayakan Anda dan pasangan, serta keturunan anda kelak.
Kebanyakan pasangan suami istri mengetahui adanya pembawa penyakit atau carrier ketika cek kandungan sang istri dan mulai mempermasalahkannya bahkan sampai terjadi perceraian. Jika tak waspada, ada banyak risiko yang akan menghadang keluarga anda.
Banyak lho Penyakit-penyakit yang bisa diturunkan contohnya, buta warna, talasemia, penyakit menular seksual (PMS) dan masih banyak lagi.
Tahukah??
Enam sampai sepuluh dari setiap 100 orang Indonesia membawa gen penyakit Talasemia. Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia.
Kalau sepasang dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun, Jenis thalassemia yang paling berat adalah alpha thalassemia mayor dan biasanya bayi yang menderita penyakit ini akan meninggal saat berada di dalam kandungan ketika usia kandungan sudah tua.
Anak anak yang terlahir dengan thalassemia mayor akan lahir secara normal namun menderita anemia berat pada tahun tahun pertama kehidupannya.
Gejala lain thalassemia:
Deformitas bentuk tulang pada daerah wajah.
Lesu.
Gangguan pertumbuhan.
Pembengkakan pada hati dan limfa.
Nafas pendek.
Kulit kekuningan (jaundice).
Untuk mencegah terjadinya Talasemia pada anak, ada baiknya pasangan yang akan menikah melakukan Medical Check Up sebelum dilakukannya pernikahan. Hal itu baik dilakukan untuk melihat nilai hemoglobin maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.
Lalu kapan sebaiknya pemeriksaan ini dilakukan? Nah Idealnya pemeriksaan kesehatan pranikah dilakukan enam bulan sebelum dilangsungkannya pernikahan. Jika ditemui ada masalah, dapat segera dilakukan konseling sehingga memiliki kesiapan mental sejak awal, dan itu sangat penting. Pengobatan juga bisa dilanjutkan setelah menikah, dan berbagai usaha pencegahan dapat dilakukan bersama.
Mari kita lebih membuka pikiran dan memahami arti pentingnya premarital check up untuk investasi panjang dalam perjalanan bahtera hidup ke depannya.
Selain alasan cinta, bukankah pernikahan dilakukan karena ingin mendapatkan keturunan yang sehat?
Ayo budayakan prewedding test jangan foto dan maharnya saja yang dibesarin, karena Kita punya hak menjaga keselamatan kita dan anak kita kedepannya.