01/12/2025
Dalil Ruqyah Jembatan Menurut Pendapat Ulama Besar Salaf dan Ulama Besar Kontemporer Sepanjang Zaman
Benarkah ruqyah hanya untuk manusia? Apakah jembatan, jalan, rumah, gudang, atau lokasi tertentu juga bisa diruqyah? Pertanyaan seperti ini adalah wajar-wajar saja kalau memang tidak tahu dalilnya.
Berbeda dengan mereka yang tidak tahu namun SOK TAHU dan tidak mau tahu. Terlebih mereka yang sedang belajar sunah di awal dan klaim dirinya ber-manhaj-nya paling lurus.
Ada juga yang menuduh syirik, bid’ah, khurafat, takhayul dan sesat atas kegiatan ruqyah Jembatan I Barelang Batam beberapa waktu lalu.
Ketika suatu wilayah sering terjadi gangguan, kecelakaan, rasa gelisah, atau tanda-tanda lain yang menunjukkan adanya ulah jin atau setan boleh diruqyah.
Dalam khazanah Islam, para ulama sejak dulu tidak pernah memisahkan gangguan jin dari manusia atau tempat. Sebab gangguan itu dapat muncul pada siapa saja dan apa saja.
Termasuk gangguan mengenai rumah, kebun, lembah, jalan hingga jembatan. Oleh sebab itu, para ulama besar sejak era klasik hingga ulama kontemporer memberikan fatwa yang jelas dan tegas.
Yaitu tentang kebolehan ruqyah untuk tempat atau benda-benda mati, terutama jika ada gangguan jin dan setan, sudah seharusnya dilakukan ruqyah.
Ini adalah rangkuman pendapat ulama besar—mulai dari Syaikh Ibnu Taimiyah, Syaikh Ibnu al-Qayyim, Syaikh Bin Baz, hingga Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.
Ini menjadi landasan kuat bahwa ruqyah tempat adalah bagian dari syariat, berdalil, dan telah diamalkan sejak generasi salaf.
1. Syaikh Ibnu Taimiyah atau Ahmad bin Abdul Halim bin Abdus Salam bin Abdullah bin Muhammad bin Al-Khadr bin Muhammad bin Al-Khadr bin Ali bin Abdullah bin Taimiyah Al-Haroni Ad-Dimasyqi.
Dalam Kitab Majmu’ al-Fatawa jilid 19, halaman 55–56 dan jilid 24 halaman 270. Dalam Majmu‘ al-Fatawa 19/55–56, Syaikh Ibnu Taymiyyah berkata:
وَيُقْرَأُ فِي الْمَاءِ وَيُشْرَبُ مِنْهُ وَيُغْتَسَلُ بِهِ
“Ruqyah dibacakan pada air, kemudian air itu diminum dan dipergunakan untuk mandi”
Di penjelasan lainnya jilid 24 halaman 270, beliau menegaskan:
وَيُسْتَعْمَلُ الْمَاءُ الَّذِي قُرِئَ فِيهِ فِي رَشِّ الْبُيُوتِ لِدَفْعِ الشَّيَاطِينِ
“Air yang dibacakan ruqyah digunakan untuk memerciki rumah guna mengusir jin atau setan”
Penjelasan Ulama
Syaikh Ibnu Taimiyyah menjelaskan bolehnya membacakan Al Qur’an pada air yang kemudian air digunakan untuk mandi, minum, atau menyiram rumah (benda-benda mati) yang terkena gangguan jin.
Ini adalah dalil paling kuat yang digunakan para ulama untuk ruqyah tempat, termasuk jalan, jembatan, gudang, rumah, toko, kebun, atau area tertentu lainnya.
2. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah atau Abu Abdullah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin Sa’d bin Hariz az-Zar'i ad-Dimasyqi al-Jauziyyah.
Dalam kitab Zad al-Ma’ad, jilid 4 halaman 170–171. Beliau menjelaskan bahwa ruqyah dari Nabi Muhammad ﷺ mencakup seluruh aspek kehidupan:
وَكَانَ مِنْ هَدْيِهِ ﷺ الرُّقْيَةُ لِإِزَالَةِ الْأَذَى وَعَلَى مَنْ أُصِيبَ بِالْآفَاتِ
“Termasuk petunjuk Nabi Muhammad ﷺ adalah ruqyah untuk menghilangkan gangguan dan atas segala sesuatu yang terkena gangguan”
Para ulama menjelaskan bahwa redaksi ‘ala man uṣiba bil-aft’ mencakup manusia, hewan, makanan, tempat, rumah, jalan, jembatan, atau lokasi yang terkena gangguan.
Syaikh Ibnu al-Qayyim menganggap ruqyah sebagai sarana syar’i untuk menghilangkan gangguan jin/setan dan memulihkan tempat atau objek apa pun yang terpengaruh makhluk halus (jin/setan).
Karena itu, para ulama setelahnya memperluas penerapannya pada lembah, rumah, kebun, jalan, jembatan, gudang, dan wilayah tertentu.
3. Syaikh Bin Baz atau Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Baz
Kitab Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah Syaikh Bin Baz jilid 24 halaman 413 dan jilid 8 halaman 144. Dalam kitab ini Syaikh bin Baz pernah ditanya tentang rumah atau tempat yang ada gangguan makhluk halus (jin/setan).
Beliau menjawab:
يُشْرَعُ قِرَاءَةُ سُورَةِ الْبَقَرَةِ فِي الْبُيُوتِ الَّتِي تُشْعَرُ فِيهَا بِالْأَذَى
“Disyariatkan membaca Surah Al Baqarah pada rumah yang terasa ada gangguan (jin/setan)”
Dan pada fatwa lain:
وَيَجُوزُ رَقْيُ الْبُيُوتِ وَالْمَزَارِعِ وَالْأَمَاكِنِ الَّتِي فِيهَا جِنٌّ أَوْ يُظَنُّ ذَلِكَ
“Boleh meruqyah rumah, kebun, dan tempat yang terdapat jin atau diduga ada gangguan”
4. Syaikh Ibnu ‘Utsaimin atau Abu Abdullah Muhammad bin Shalih bin Muhammad bin ‘Utsaimin al-Wahibi at-Tamimi
Dalam kitab Liqqa’ al-Bab al-Maftuh nomor 55 dan Syarh Riyadus-Salihin 6/447. Syaikh Ibn al-‘Utsaimin pernah ditanya:
“Apakah boleh meruqyah rumah yang diduga ada jin/setan?”
Beliau menjawab:
لَا بَأْسَ بِرُقْيَةِ الْأَمَاكِنِ، إِذَا وُجِدَ فِيهَا الْأَذَى
“Tidak apa-apa meruqyah tempat apabila di dalamnya terdapat gangguan”
Dan beliau menambahkan:
تُقْرَأُ سُورَةُ الْبَقَرَةِ فِي الْبَيْتِ، فَإِنَّهَا تَطْرُدُ الشَّيَاطِينَ
“Membaca Surah Al Baqarah di rumah akan mengusir setan”
Beliau juga menegaskan diperbolehkannya membacakan Al Qur’an pada air lalu air tersebut disiramkan di titik-titik gangguan.
Kesimpulan Meruqyah Benda Mati
1. Dasarnya sangat kuat dari para ulama salaf klasik Syaikh Ibnu Taimiyyah dan Syaikh Ibnu al-Qayyim al-Jauziyyah
2. Pendapat ulama kontemporer Syaikh Bin Baz dan Syaikh al-‘Utsaimin sangat jelas dan tegas memperbolehkannya juga
3. Praktik nyata para ulama Madinah Arab Saudi dan ulama salaf yang pernah meruqyah lembah, rumah, tempat dan sarang jin, wilayah yang sering memakan korban atau wilayah selainnya
Selengkapnya: https://an-nubuwwah.or.id/berita/an-nubuwwah/dalil-ruqyah-jembatan,-pendapat-ulama-besar-salaf-dan-kontemporer-sepanjang-zaman.html