04/04/2023
Kemarin saya dan kakak ngobrol tentang kenakalan produsen kurma yang mengolah kurma kualitas rendah (tidak matang sempurna) menggunakan sirup glukosa untuk dijual kepada konsumen. Orientasinya tentu saja cuan cuan dan cuan. Saya pribadi pernah menemukan produk yang serupa ketika masih di Maluk saat itu. Coba lihat komposisi pada wadah kurma dalam foto ini; ada sirup glukosa dan pengawetnya. Alhamdulillah saya tak sempat memakan kurma ini, karena Allah ilhamkan mata saya untuk melihat pada kemasannya sebelum akan berbuka. Pak Komendan yang memakannya mengakui bahwa rasa kurmanya memang berbeda dengan jenis kurma lain yang biasa kami konsumsi, terasa sekali kalau kurmanya masih "muda" dan dipaksa menjadi manis. Bahkan, dia menemukan kurma yang daging sudah berjamur. Subhanallah...
"Citra" kurma yang menyehatkan jadi bisa rusak dengan adanya produsen-produsen nakal seperti ini. Bayangkan misalnya, ada orang dengan penyakit diabetes, lalu berbuka dengan kurma ini karena mengikuti sunnah dan karena dia mau mengonsumsi makanan manis yang 'aman', eeh malah jadi melonjak gula darahnya. Akhirnya, dia jadi memvonis bahwa kurma itu tidak menyehatkan. Akhirnya, dia jadi ragu dengan sunnah. Akhirnya, dia jadi tidak mau meneladani Rasulullah. Padahal, bukan salah kurmanya, tetapi salah manusianya, yaitu si produsen nakal itu.
Jangan ragukan sunnah Rasulullah ya, gaes. Kurma itu thayyib. Banget. Masyaa Allah. Asal jangan dimakan berlebihan. Dan, beli lah kurma di pedagang-pedagang yang jujur dan memiliki ilmu, yaitu pedagang yang hati-hati dalam memilih kurma yang akan dijualnya. Selain itu, sebagai pembeli, kita juga harus teliti. Jika kita membeli kurma yang dikemas ulang, kita punya hak sebagai konsumen untuk meminta izin melihat kemasan asli (kardus) dari kurma tersebut. Bijaklah dalam membeli kurma.
Semoga bermanfaat.
Salam TAAT SEHAT ❤❤❤