17/06/2018
, tinggal menghitung hari...
Sebagian nunggu hilal.
Yang lain nunggu halal.
Sebagian mikir THR.
Yang lain mikir 'THR'.
Tunangan Hari Raya.
Sebagian mengucapkan 'mohon maaf lahir batin'. Yang lain mengucapkan 'mohon nafkah lahir batin'. Hehehe...
Tapi kali ini saya tidak sedang membahas soal jodoh. Sama sekali tidak. Melainkan membahas soal mudik dan Lebaran. Boleh saya menyarankan sesuatu? Bagi teman-teman yang mudik, segeralah kembali.
"Apabila salah seorang dari kalian telah menyelesaikan urusannya (saat bepergian, termasuk mudik), hendaklah ia segera kembali kepada keluarganya," HR Bukhari. Demikianlah pesan Nabi Muhammad.
Satu tradisi yang sulit dipisahkan ketika mudik dan Lebaran adalah hidangan ketupat. Saya yakin Anda dan kita semua sering menyantapnya. Ngomong-ngomong soal ketupat, apa saja hikmahnya?
Ketupat (kupat) sebagai tradisi Muslim di nusantara saat Lebaran, diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga. Dan lazimnya, kupat dihidangkan dengan lauk bersantan (santen) atau “kupat santen” yang mengisyaratkan “kulo lepat, nyuwun ngapunten.”
Terjemahnya, saya salah mohon dimaafkan. Keren ya? Di sisi lain, kupat juga dapat dijabarkan sebagai “laku papat” atau empat tindakan, yakni Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan. Maksudnya?
- Lebaran berasal dari kata “lebar”. Artinya selesai. Ini mengisyaratkan telah selesai menjalani ibadah puasa. Ini p**a yang disampaikan oleh MA Salmun (1954).
- Luberan berasal dari kata “luber”. Artinya meluap atau melimpah. Ini mengisyaratkan semangat berbagi dalam bentuk zakat dan sedekah.
- Leburan, berasal dari kata “lebur”. Artinya melebur atau menghilangkan. Ini mengisyaratkan dileburnya dosa karena saling bermaafan.
- Laburan berasal dari kata “labur”. Artinya memutihkan dinding rumah. Ini mengisyaratkan bersihnya lahir dan batin.
Ini tradisi yang indah, penuh hikmah, dan penuh berkah. Insya Allah. Sekian dari saya, Ippho Santosa. Semoga bermanfaat. Boleh di-share.